KAIDAH-KAIDAH KEBAHASAAN SEBAGAI LANGKAH DAN PENDEKATAN DALAM MEMAHAMI HADITS AHKAM
KAIDAH-KAIDAH
KEBAHASAAN SEBAGAI LANGKAH DAN PENDEKATAN DALAM MEMAHAMI HADITS AHKAM
Wildan Maolana
NIM. 2170050026
Pasca UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Prodi Hukum Keluarga
PENDAHULUAN
Al-Qur’an dan
al-Sunnah sebagai sumber hukum Islam diturunkan oleh Allah Swt dengan berbahasa
Arab, sehingga untuk dapat memahami dan menghayati isi kandungan dari wahyu
tersebut diharuskan memiliki kemampuan bahasa arab. Kaitannya dengan istinbath
hukum, para ulama ushul fiqh menetapkan kaidah-kaidah kebahasaan yang
selanjutnya mereka jadikan pedoman dalam mengambil petunjuk hukum yang tercakup
kedalamnya. kaidah tersebut dikenal sebagai qawa’id ushuliyyah disebut
juga qawa’id istinbathiyyah atau qawa’id lughowiyyah.
Qawa’id
Ushuliyyah berfungsi sebagai alat untuk
menggali ketentuan hukum yang terdapat dalam bahasa (wahyu), sehingga menguasai
kaidah-kaidah ushul menjadi sesuatu yang wajib bagi para mujtahid. Namun, masih
ada orang yang tidak memahami dan bahkan tidak mengenal apa saja kaidah-kaidah ushuliyyah
yang telah ditetapkan oleh para ulama. Oleh karena itu, penulis menyusun
makalah tentang kaidah-kaidah ushuliyyah sebagai langkah dan pendekatan dalam
memahami hadits ahkam, dan disetiap kaidah penulis berikan contoh-contoh
nash hadits yang menurut penulis sesuai dengan kaidah yang sedang dibahas.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kaidah-kaidah Ushuliyyah
Qawa’id
Ushuliyah adalah suatu ketetapan umum (hukum
kulli) yang dapat dijadikan standar bagi hukum juz’i yang diambil
dari dasar yang kulli, yakni al-Qur’an dan as-Sunnah. Qawa’id
ushuliyyah juga disebu dengan Qawa’id istinbathiyyah atau Qawa’id
Lughowiyah. Kaidah-kaidah tersebut berkaitan dengan cara penggalian hukum,
yakni pemaknaan terhadap dalil-dalil hukum, baik ayat al-Qur’an maupun hadits.
hal ini berkaitan dengan tarkib (susunan kalimat) dan uslub (gaya
bahasa).[1]
Maka
dari itu, kaidah-kaidah ini banyak berkaitan dengan problematika pemahaman
lafal perintah, larangan, umum, khusus, pengecualian, serta mutlaq dan muqoyyad.
B.
Amr (Kalimat Perintah)
Kalimat
al-amr/ amar adalah:
الأمرهو طلب الفعل من
الأعلى اللى الأدنى[2]
Kalimat al-amr/ amar adalah ucapan yang menuntut
suatu perbuatan dari pihak orang yang posisinya lebih rendah. Amar ada
dua macam, yaitu amar haqiqi dan amar majazi. Kalimat yang
memenuhi kriteria dalam definisi di atas disebut sebagai amar haqiqi. Apabila tuntutan yang sama tidak terungkap
dengan bahasa lisan, atau tidak dimaksudkan sebagai tuntutan secara haqiqi,
atau tuntutan tersebut ditunjukkan kepada orang yang posisinya sejajar, maka
disebut sebagai amar secara majazi. Adapun tuntutan yang ditunjukkan
kepada pihak yang lebih tinggi, maka kalimatnya disebut dengan doa bukan
amar[3].
Kalimat-kalimat yang menunjukkan amr adalah sebagai berikut:
fi’il amr, fi’il mudhori’ yang disertai lam amr,
isim fi’il al-amr, mashdar pengganti fi’il amr,
khabar bermakna amr, kata yang bermakna memerintah, berita tentang
kewajiban, dan jawab syarat-syarat yang mengisyaratkan ketentuan denda dan
hukuman[4].
Kalimat amr digunakan dalam beberapa hal[5]:
Kaidah-kadiah
Amr
1.
الْاَصْلُ
فِى الْاَمْرِ لِلْوُجُوْبِ,
Asal kalimat
perintah menunjukkan wajib.[11]
2.
الْاَصْلُ
فِي الْاَمْرِ لَايَقْتَضِى الْتِّكْرَارِ
Perintah
terhadap sesuatu pada dasarnya tidak menunjukkan pengulangan[12].
3.
الْاَصْلُ
فِى الْاَمْرِ لَايَقْتَضِى الْفَوْرَ
Perintah pada
dasarnya tidak mengharuskan dilaksanakan segera[13]
4.
الْاَمْرُ
بِالشَّيْئِ اَمْرٌ بِوَسَائِلِهِ
Perintah
melaksanakan sesuatu menunjukkan perintah untuk melaksanakan setiap hal yang
menjadi perantara kepada perintah tersebut. Contoh haditsnya adalah hadits pada
no 3, perintah melaksanakan pernikahan termasuk juga perintah untuk memenuhi
hal-hal yang berkaitan dengan pernikahan, baik dari rukun, syarat dan lainnya.
5.
الْاَمْرُ
بِالشَّيْئِ نَهْيٌ عَنْ ضِدِّهِ
perintah
terhadap sesuatu menunjukkan larangan meninggalkan perintah tersebut.[14]
6.
الْقَضَاءُ
بِاَمْرٍ جَدِيْدٍ
perintah
mengqoda berlaku pada sesuatu yang baru[15]
7.
الْاَمْرُ
بَعْدَ النَّهْيِ يُفِيْدُ الْاِبَاحَةَ
Perintah
setelah datangnya larangan menunjukkan hukum mubah, kaidah ini
menunjukkan bahwa suatu perintah terhadap sesuatu yang pada awalnya sesuatu
tersebut dilarang oleh syari’at, maka hukum
perintah (amr) tersebut dihukumi mubah, bukan wajib.[16]
C.
Al-Nahy
(Kalimat Larangan)
Al-Nahy secara bahasa
adalah المنع yang artinya cegahan, adapun secara istilah طَلَبُ التُّرِكِ مِنَ الْاَعْلَى اِلَى
الْادْنَىyakni, suatu perintah untuk meninggalkan sesuatu dari orang
yang berposisi tinggi kepada yang berposisi rendah[17].
Kalimat Al-Nahy digunakan dalam beberapa hal, yakni:
1.
Al-Du’a[18]
2.
Irsyad[19]
3.
Tay’is[20]
4.
I’tinas[21]
5.
Tahdid[22]
Kaidah-kaidah yang berkaitan dengan al-Nahy:
1.
الْاَمْرُ
فِى النَّهْيِ لِلتَّحْرِيْمِ
asal suatu larangan
menunjukkan keharaman[23]
2.
النَّهْيُ
عَنِ الشّيْئِ اَمْرٌ بِضِدِّهِ
larangan
terhadap sesuatu merupakan perintah untuk tidak melakukannya[24]
3.
النَّهْيُ
الْمُطْلَقُ يَقْتَضِى الدَّوَامَ فِى جَمِيْعِ الْاَزْمِنَةِ
larangan secara
mutlak berlaku selamanya disemua zaman[25]
4.
النَّهْيُ
يَدُلُّ عَلَى فَسَادِ الْمَنْهِيِّ عَنْهُ فِى عِبَادَةٍ
larangan
terhadap sesuatu menunjukkan bahwa sesuatu itu dapat merusak ibadah.[26]
5.
النَّهْيُ
يَدُلُّ عَلَى فَسَادِ الْمَنْهِيِّ عَنْهُ فِى الْعُقُوْدِ
larangan terhadap sesuatu
menunjukkan bahwa sesuatu itu dapat merusak akad[27]
D.
Al-‘Am (Umum)
Kalimat ‘am adalah kalimat yang menunjukkan sesutu dengan
mencakup seluruh satuannya tanpa batas[28]. Adapun lafal-lafal yang menunjukkan kalimat ‘am
ada 8[29],
yaitu:
5.
Lafal
nakiroh setelah nafi
6.
Isim
mausul[34]
7.
Ta’rif Idhofat
8.
Alif
lam (ال)
yang masuk dalam kalimat jama’[35]
E.
Khas dan Takhshish (Khusus dan Pengecualian)
Kalimat khas adalah ما لا يتناول دفعة شيئين فصاعدا من غير حصر yakni suatu lafal yang tidak mengandung arti
dua atau lebih dan tidak ada pengecualian seperti lafal رجل, adapun lafal yang menunjukkan arti dua
seperti lafal رجلين, dan lafal yang menunjukkan makna banyak
beserta pengecualian seperti lafal رجال
ثلاث.. adapun Takhshish adalah lafal yang mengeluarkan
sebagian sesuatu yang masuk kedalam lafal yang umum terhadap takdir tidak
adanya mukhoshish[36].
A.Djazuli dan I.Nurol Aen sebagaimana yang telah dikutip oleh Mujio
Nurkholis menyatakan bahwa Khas adalah lafal yang menunjukkan satu atau
beberapa satuan terbatas, sedangkan Takhshish adalah menetapkan
keberlakukan makna suatu kalimat pada sebagian satuan tertentu[37].
Mukhosis ada dua macam,
yakni Mukhoshish muttashil dan Mukhoshish munfashil, adapun
maksud dari keduanya adalah sebagai berikut[38]:
1.
Mukhoshish
muttashil, yakni suatu lafal yang tidak dapat
berdiri sendiri, namun membutuhkan makna lafal lain yang berada pada sebelum lafal
tersebut, Mukhoshish muttashil ada 6 macam, yakni:
a.
Istisna
adalah mengeluarkan apa yang
sesudah الّا atau salah satu saudanya dari yang
sebelumnya. sarana untuk istisna adalah illa[39],
siwa[40], khola[41], ‘ada[42], ghoiru[43],
layakunu[44],
laysa[45],
ma ‘ada, ma khola, dan yang sejenis dengan itu. syarat sahnya istisna
hendaknya bersambung dengan yang dikecualikan (mustatsna minhu) dengan
sebenarnya atau pada hukumnya, tanpa ada penyela yang memisahkan diantara
keduanya. maksud hukum muttashil adalah apa yang dibicarakan berdasarkan
urf tidak kembali setelah selesainya pembicaraan pertama. jika ada
penyela diantara keduanya, keduanya akan terpisah karena terputusnya
pembicaraan si pembicara. oleh sebab itu apabila terjadi pemisahan antara
keduanya, tidak dikategorikan sebagai istisna .[46]
b.
Syarat adalah apa yang mengharuskan tidak ada dengan tidak adanya syarat,
tetapi tidak mengharuskan adanya dengan adanya syarat. bentuk syarat
diantaranya adalah, ان[47], اذا[48], من[49], مهما[50], حيثما[51], اينما[52], اذما. dan induk dari bentuk-bentuk ini semua
adalah “شرطية ان”. Sebab “شرطية
ان” itu adalah huruf, sedangkan yang lain adalah
sarana untuk syarat yang merupakan isim, yang pokok pada
pemberian makna untuk isim-isim syarat itu adalah huruf, dan karena ان itu digunakan pada semua bentuk syarat,
berbeda dengan isim-isim syarat. syarat sahnya syarat pada
bentuk-bentuk ini adalah bersambung dengan yang disyaratkan secara hakiki tanpa
adanya kemungkinan pemisah antara keduanya dan diperbolehkan syarat
tersebut mendahului yang disyaratkan atau mengakhiri syarat atas yang
disyaratkan, asalakan tetap ada hubungan.[53]
c.
Sifat, jika yang
umum itu disertai sifat, yang umum tersebut dikhususkan dengan
sifat tersebut. adapun hal selain sifat tersebut, dikeluarkan dari umum. syarat
sahnya takhsis dengan sifat itu adalah hendaknya bersambung
dengan yang disifati atau pada hukum bersambung.[54]
d.
Ghoyah, bentuk ghoyah (tujuan) itu terdiri dari dua lafal yaitu الى dan حتى. jika salah satu dari keduanya masuk pada
pembicaraan yang sifatnya umum, bentuk tujuan tersebut mengeluarkan hal-hal
yang sesudahnya
dari keumuman. hal yang sesudahnya harus berbeda hukumnya dengan yang
sebelumnya.[55]
e.
Badal
Ba’d
2.
Mukhoshish
Munfashil, Takhsis dengan dalil yang
terpisah itu terjadi dengan dalil-dalil sam’i karena keumuman yang
dikhususkan itu adalah lafal yang dalil sam’i tersebut datang dengan lafal
tersebut maka tidak di-takhsis, kecuali dengan dalil sam’i. dalil
sam’i adalah al-Qur’an, as-Sunnah, ijma’ sahabat, dan qiyas yang
illatnya diambil dari al-Qir’an dan as-Sunnah. adapaun selain dalil empat ini
tidak dipandang bagian dari dalil-dalil takhsis. tidak boleh men-takhsis
(dalil) yang umum dengan dalil aqli. adapun macam-macam
takhsis munfashil adalah sebagai berikut:
e.
Takhshis
al-Qur’an dengan qiyas[60]
f.
Takhshish dengan akal
g.
Takhshish dengan hiss (panca indra)
h.
Takhshish dengan hubungan
F.
Muthlaq dan Muqoyyad
Lafal
muthlaq dan muqoyyad adalah:
المطلق ما دل على
الماهية بلا قيد والمقيد ما دل على الماهية بقيد من قيودها
Lafal muthlaq adalah lafal yang menunjukkan arti yang
sebenarnya tanpa batas, sedangkan lafal muqoyyad adalah lafal yang
menunjukkan arti yang sebenarnya dengan batas tertentu.[61]
Muthlaq adalah lafazh
yang menunjuk pada objek yang meliputi semua jenisnya, sedangkan muqoyyad
adalah lafazh yang menunjukkan pada objek tertentu.[62]
Adapun sarana pembatasan (taqyid) atas lafal yang mutlak ada
beberapa macam, yaitu: sifat atau na’t[63], taukid
dengan berbagai sarananya[64],
dengan athf bayan, dengan athf nasaq[65],
dengan badal[66],
dengan dhamir al-fash (kaga ganti pemisah antara subjek dan objek),
dengan ‘amil nawasikh (lafal-lafal yang masuk ke dalam jumlah ismiyyah
dan mengubah posisi mubtada’ menjadi ism-nya dan khabar menjadi khabar-nya,
dengan syarat dengan nafyi, dengan maf’ul yang lima (maf’ulbih,
muthlaqlahu,fih,ma’ah).
Petunjuk lafal yang muthlaq dan yang muqoyyad pada
dasarnya harus ditempatkan sesuai dengan posisi masing-masing, termasuk ketika
khitabnya berbeda-beda kemutlakannya dan kemuqoyyadannya, seperti kifarat
dengan puasa atas orang yang melakukan dzihar ditetapkan dua bulan terus
menerus. Kifarat atas orang yang haji tamattu’ ditetapkan sepuluh hari dibagi
menjadi dua,tiga hari ketikamelaksanakan haji dan tujh hari setelah pulang ke
kampung halaman. Adapun kifarat atas orang yang melanggar sumpah ditetapkan
tiga hari secara mutlak, tidak ditetapkan terus menerus atau terpisah-pisah.
Namun, apabila suatu lafal muqoyyad tidak bertentangan dengan lafal muqoyyad
yang lain, maka yang muthlaq dapat diposisikan sebagai muqoyyad,
seperti dalamal-Qur’an tentanghamba sahaya yang harus dimerdekakan sehubugnan
dengan kifarat dzihar dan pelanggaran sumpah ditetapkan secara mutlak, tidak
ditentkam harus hamba sahaya yang beriman, dan kifarat pembunuhan harus hamba
sahaya yang beriman.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdul Hamid
Hakim, 2007, Al-Sulam, Jakarta, Sa’diyah Putra, hlm 12.Ibn Majjah, Shohih Ibn
Majjah.
Dedi Supriyadi,
2013, Ushul Fiqh Perbandingan, Bandung, Pustaka Setia
Mujiyo
Nurkholis, 2003, Metodologi Syarah Hadis, Bandung, Fasygil Group
Makbatah
al-Syamilah
Ahmad, Musnad
Ahmad, tt
Bukhori, Shohih
Bukhori, tt
ibn hibban,
Shohih Ibn Hibban, tt
Muslim, Shohih Muslim, tt
Sa’d
al-Anshori, tt
Thobroni,
Musnad al-Syamiyyin li ath-Thobari, tt
[1] Mujiyo
Nurkholis, 2003, Metodologi Syarah Hadis, Bandung, Fasygil Group, h 131
[2] Abdul Hamid
Hakim, 2007, Al-Sulam, Jakarta, Sa’diyah Putra, hlm 12.
[3] Mujiyo
Nurkholis, Op cit, h 132
[4] ibid
[5] Op, cit: 12-13
[6] Qs
al-Fushilat: 40
[7] Qs al-Hijr: 46
[8] Qs al-Baqarah:
23
[9] Qs Thoha: 72
[10] Qs Ali ‘Imron:
119
[11] حَدَّثَنَا عَبْدَانُ، عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ طَهْمَانَ، قَالَ: حَدَّثَنِي الحُسَيْنُ
المُكْتِبُ، عَنِ ابْنِ بُرَيْدَةَ، عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ، قَالَ: كَانَتْ بِي بَوَاسِيرُ، فَسَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الصَّلاَةِ، فَقَالَ: «صَلِّ
قَائِمًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى
جَنْبٍ» (بخاري, 1117)
[12] أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ يَزِيدَ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ
كَيْسَانَ، عَنْ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَجُلًا أَرَادَ
أَنْ يَتَزَوَّجَ امْرَأَةً، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
«انْظُرْ إِلَيْهَا، فَإِنَّ فِي أَعْيُنِ
الْأَنْصَارِ شَيْئًا»
[13] عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ - رضي الله عنه - قَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله
عليه وسلم: «يَا مَعْشَرَ
الشَّبَابِ! مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ, فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ, وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ,
وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ; فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ».
مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
[14] أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ
سُفْيَانَ الشَّيْبَانِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى، قَالَ:
حَدَّثَنَا بن وَهْبٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْأَسْوَدِ، عَنْ
عَامِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم قال: "أعلنوا
النكاح" (ابن حبان, 4066)
[15] وَحَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ
حُمَيْدٍ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ، عَنْ عَاصِمٍ،
عَنْ مُعَاذَةَ، قَالَتْ: سَأَلْتُ عَائِشَةَ فَقُلْتُ: مَا بَالُ الْحَائِضِ
تَقْضِي الصَّوْمَ، وَلَا تَقْضِي الصَّلَاةَ. فَقَالَتْ: أَحَرُورِيَّةٌ أَنْتِ؟
قُلْتُ: لَسْتُ بِحَرُورِيَّةٍ، وَلَكِنِّي أَسْأَلُ. قَالَتْ: «كَانَ يُصِيبُنَا
ذَلِكَ، فَنُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّوْمِ، وَلَا نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلَاةِ» (مسلم, 335)
[16] قَالَ: حَدَّثَنَا يُوسُفُ عَنْ
أَبِيهِ عَنْ أَبِي حَنِيفَةَ، عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ مَرْثَدٍ، عَنِ ابْنِ بُرَيْدَةَ،
عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: " كُنَّا نَهَيْنَاكُمْ عَنْ ثَلَاثٍ: عَنْ
زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا، فَقَدْ أُذِنَ لِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي زِيَارَةِ قَبْرِ أُمِّهِ، وَلَا تَقُولُوا هُجْرًا،
وَنَهَيْتُكُمْ أَنْ تُمْسِكُوا لُحُومَ الْأَضَاحِي فَوْقَ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ،
فَأَمْسِكُوا وَتَزَوَّدُوا، فَإِنَّمَا نَهَيْتُكُمْ لِيَتَّسِعَ بِهِ
غَنِيُّكُمْ عَلَى فَقِيرِكُمْ، وَنَهَيْتُكُمْ أَنْ تَشْرَبُوا فِي الدُّبَّاءِ
وَالْمُزَفَّتِ وَالْحَنْتَمِ، فَاشْرَبُوا فِيمَا بَدَا لَكُمْ مِنَ الظُّرُوفِ؛
فَإِنَّ الظُّرُوفَ لَا تُحِلُّ شَيْئًا وَلَا تُحَرِّمُهُ، وَلَا تَشْرَبُوا
مُسْكِرًا " (سعد الأنصاري, 996)
[17] Abdul Hamid
Hakim, hlm 15
[18] Qs al-Baqarah:
286
[19] Qs al-Maidah:
101
[20] Qs Tahrim: 7
[21] Qs Taubat: 40
[22] Seperti ucapan أَمْرِيْ لَاتُطِعْ, artinya ‘janganlah kamu mengikuti
urusanku’.
[23] حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللهِ بْنُ مَسْلَمَةَ الْقَعْنَبِيُّ، حَدَّثَنَا مَالِكٌ، عَنْ أَبِي
الزِّنَادِ، عَنِ الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا يُجْمَعُ
بَيْنَ الْمَرْأَةِ وَعَمَّتِهَا، وَلَا بَيْنَ الْمَرْأَةِ وَخَالَتِهَا[23] (مسلم,
1408)
[24] حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، وَأَبُو
مَعْمَرٍ، قَالَا: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ، عَنْ حَبِيبٍ، حَدَّثَنِي
عَمْرُو بْنُ شُعَيْبٍ، عَنْ سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ،
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا يَنْكِحُ الزَّانِي الْمَجْلُودُ إِلَّا مِثْلَهُ»
[25] حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
يُوسُفَ، أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ،
وَالحَسَنِ، ابْنَيْ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيٍّ، عَنْ أَبِيهِمَا، عَنْ عَلِيٍّ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ، قَالَ: «نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ عَنِ المُتْعَةِ عَامَ خَيْبَرَ، وَعَنْ لُحُومِ حُمُرِ الإِنْسِيَّةِ» (بخاري, 5523)
[26] حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ
إِبْرَاهِيمَ، وَابْنُ خَشْرَمٍ قَالَا: أَخْبَرَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ،
حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: كَانَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُنَا يَقُولُ: " لَا تُبَادِرُوا الْإِمَامَ إِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا
وَإِذَا قَالَ: وَلَا الضَّالِّينَ فَقُولُوا: آمِينَ، وَإِذَا رَكَعَ
فَارْكَعُوا، وَإِذَا قَالَ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، فَقُولُوا: اللهُمَّ
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ " (مسلم, 415)
[27] حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ
قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ، عَنْ حَجَّاجٍ، عَنِ
الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وعَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَا: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا
نِكَاحَ إِلَّا بِوَلِيٍّ» ، وَفِي حَدِيثِ عَائِشَةَ: «وَالسُّلْطَانُ
وَلِيُّ مَنْ لَا وَلِيَّ لَهُ» (ابن ماجة, 1880)
[28] Mujio
Nurkholis: 135
[29] Abdul Hamid
Hakim: 18-19
[30] حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ
أَبِي شَيْبَةَ، وَأَبُو كُرَيْبٍ، قَالَا: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، عَنِ
الْأَعْمَشِ، عَنْ عُمَارَةَ بْنِ عُمَيْرٍ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ
يَزِيدَ، عَنْ عَبْدِ اللهِ، قَالَ: قَالَ لَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: «يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ
اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ،
وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ، فَإِنَّهُ
لَهُ وِجَاءٌ»، (مسلم.1400)
حَدَّثَنَا
قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، وَعَمْرٌو النَّاقِدُ، وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ، قَالُوا:
حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ أَبِي الزِّنَادِ، عَنِ الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «لَوْلَا
أَنْ أَشُقَّ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ - وَفِي حَدِيثِ زُهَيْرٍ عَلَى أُمَّتِي -
لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلَاةٍ»
(مسلم.252)
وَحَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ،
وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، وَعَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ، قَالُوا: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ
وَهُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ، عَنِ الْعَلَاءِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ،
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " فُضِّلْتُ
عَلَى الْأَنْبِيَاءِ بِسِتٍّ: أُعْطِيتُ جَوَامِعَ الْكَلِمِ، وَنُصِرْتُ
بِالرُّعْبِ، وَأُحِلَّتْ لِيَ الْغَنَائِمُ، وَجُعِلَتْ لِيَ الْأَرْضُ طَهُورًا
وَمَسْجِدًا، وَأُرْسِلْتُ إِلَى الْخَلْقِ كَافَّةً،
وَخُتِمَ بِيَ النَّبِيُّونَ " (مسلم.523)
حَدَّثَنَا
عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ صَالِحِ بْنِ أَبِي
الْأَخْضَرِ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: وَضَعْتُ لِرَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غُسْلًا «فَاغْتَسَلَ مِنْ جَمِيعِ نِسَائِهِ فِي لَيْلَةٍ» (ابن ماجه, 589)
[31] وَحَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ
عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ، وَحَامِدُ بْنُ عُمَرَ الْبَكْرَاوِيُّ، قَالَا:
حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ، عَنْ خَالِدٍ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ
شَقِيقٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: «إِذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ نَوْمِهِ، فَلَا يَغْمِسْ
يَدَهُ فِي الْإِنَاءِ حَتَّى يَغْسِلَهَا ثَلَاثًا، فَإِنَّهُ لَا يَدْرِي أَيْنَ بَاتَتْ يَدُهُ (مسلم.278)
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ
سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا لَيْثٌ، ح وحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رُمْح، أَخْبَرَنَا
اللَّيْثُ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ، عَنْ عِرَاكٍ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ
عَائِشَةَ، أَنَّهَا أَخْبَرَتْهُ: أَنَّ عَمَّهَا مِنَ الرَّضَاعَةِ يُسَمَّى
أَفْلَحَ. اسْتَأْذَنَ عَلَيْهَا فَحَجَبَتْهُ، فَأَخْبَرَتْ رَسُولَ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَقَالَ لَهَا: «لَا تَحْتَجِبِي مِنْهُ، فَإِنَّهُ
يَحْرُمُ مِنَ الرَّضَاعَةِ مَا يَحْرُمُ مِنَ
النَّسَبِ» (مسلم.1445)
[32] حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ،
وَقُتَيْبَةُ، وَابْنُ حُجْرٍ، قَالُوا: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، عَنِ
الْعَلَاءِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ؟» قَالُوا: اللهُ
وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: «ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ» قِيلَ
أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ؟
قَالَ: «إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ، فَقَدِ اغْتَبْتَهُ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ
فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ» (مسلم.2589)
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ
أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ مَخْلَدٍ وَهُوَ الْقَطَوَانِيُّ، عَنْ
سُلَيْمَانَ بْنِ بِلَالٍ، حَدَّثَنِي أَبُو حَازِمٍ، عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
" إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ، يَدْخُلُ مِنْهُ
الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، لَا يَدْخُلُ مَعَهُمْ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ،
يُقَالُ: أَيْنَ الصَّائِمُونَ؟ فَيَدْخُلُونَ
مِنْهُ، فَإِذَا دَخَلَ آخِرُهُمْ، أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ "
(مسلم.1152)
[33]حَدَّثَنَا
دَاوُدُ بْنُ رُشَيْدٍ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ يَعْنِي ابْنَ مُسْلِمٍ، عَنْ ابْنِ
جَابِرٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي عُمَيْرُ بْنُ هَانِئٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي جُنَادَةُ
بْنُ أَبِي أُمَيَّةَ، حَدَّثَنَا عُبَادَةُ بْنُ الصَّامِتِ، قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَنْ قَالَ: أَشْهَدُ أَنْ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُولُهُ، وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللهِ، وَابْنُ أَمَتِهِ، وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا
إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ، وَأَنَّ الْجَنَّةَ حَقٌّ، وَأَنَّ النَّارَ
حَقٌّ، أَدْخَلَهُ اللهُ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ
الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةِ شَاءَ " (مسلم.28)
[34] حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ،
حَدَّثَنَا مَرْوَانُ، عَنْ يَزِيدَ يَعْنِي ابْنَ كَيْسَانَ، عَنْ أَبِي حَازِمٍ،
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: «وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، مَا مِنْ رَجُلٍ يَدْعُو امْرَأَتَهُ
إِلَى فِرَاشِهَا، فَتَأْبَى عَلَيْهِ، إِلَّا كَانَ الَّذِي
فِي السَّمَاءِ سَاخِطًا عَلَيْهَا حَتَّى يَرْضَى عَنْهَا (مسلم.1436)
[35] حَدَّثَنَا
مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا هِشَامٌ، حَدَّثَنَا يَحْيَى، عَنْ
عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: لَعَنَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المُخَنَّثِينَ مِنَ الرِّجَالِ، وَالمُتَرَجِّلاَتِ مِنَ النِّسَاءِ، وَقَالَ: «أَخْرِجُوهُمْ مِنْ بُيُوتِكُمْ»
وَأَخْرَجَ فُلاَنًا، وَأَخْرَجَ عُمَرُ فُلاَنًا
[36] Abdul Hamid
hakim, h 22
[37] Mujio
Nurkholis, h 136
[38] Abdul Hamid
hakim, h 22
[39] وحَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ
حَرْبٍ، وَمُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى، جَمِيعًا عَنْ يَحْيَى الْقَطَّانِ، قَالَ
زُهَيْرٌ: حَدَّثَنَا يَحْيَى، عَنْ عُبَيْدِ اللهِ، أَخْبَرَنِي نَافِعٌ، عَنِ
ابْنِ عُمَرَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «لَا يَبِعِ
الرَّجُلُ عَلَى بَيْعِ أَخِيهِ، وَلَا يَخْطُبْ عَلَى خِطْبَةِ أَخِيهِ، إِلَّا أَنْ يَأْذَنَ لَهُ» (مسلم, 1412)
[40] حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ
يَحْيَى، أَخْبَرَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ، عَنْ سَعِيدٍ الْجُرَيْرِيِّ، عَنْ
عَبْدِ اللهِ بْنِ شَقِيقٍ، قَالَ: قُلْتُ لِعَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا: هَلْ
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا مَعْلُومًا سِوَى رَمَضَانَ؟ قَالَتْ: «وَاللهِ، إِنْ صَامَ شَهْرًا
مَعْلُومًا سِوَى رَمَضَانَ، حَتَّى مَضَى لِوَجْهِهِ، وَلَا أَفْطَرَهُ حَتَّى
يُصِيبَ مِنْهُ» (مسلم, 1156)
[41] حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ
سَعِيدٍ الْأَيْلِيُّ، حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، قَالَ: وَأَخْبَرَنِي مَخْرَمَةُ
بْنُ بُكَيْرٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ حُمْرَانَ مَوْلَى عُثْمَانَ، قَالَ: تَوَضَّأَ
عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ، يَوْمًا وُضُوءًا حَسَنًا ثُمَّ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ
قَالَ: «مَنْ تَوَضَّأَ هَكَذَا، ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الْمَسْجِدِ لَا يَنْهَزُهُ
إِلَّا الصَّلَاةُ، غُفِرَ لَهُ مَا خَلَا مِنْ
ذَنْبِهِ»
[42] حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
يُوسُفَ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، حَدَّثَنَا عُقَيْلٌ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ
سَعِيدِ بْنِ المُسَيِّبِ، وَأَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، قَالاَ:
سَمِعْنَا أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " بَيْنَمَا رَاعٍ فِي غَنَمِهِ عَدَا الذِّئْبُ، فَأَخَذَ مِنْهَا شَاةً فَطَلَبَهَا
حَتَّى اسْتَنْقَذَهَا، فَالْتَفَتَ إِلَيْهِ الذِّئْبُ، فَقَالَ لَهُ: مَنْ لَهَا
يَوْمَ السَّبُعِ لَيْسَ لَهَا رَاعٍ غَيْرِي "، فَقَالَ النَّاسُ: سُبْحَانَ
اللَّهِ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «فَإِنِّي أُومِنُ
بِهِ وَأَبُو بَكْرٍ، وَعُمَرُ، وَمَا ثَمَّ أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ»
[43] حَدَّثَنَا أَبُو اليَمَانِ،
أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ، حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ، عَنِ الأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: «لاَ يَحِلُّ لِلْمَرْأَةِ أَنْ تَصُومَ وَزَوْجُهَا شَاهِدٌ
إِلَّا بِإِذْنِهِ، وَلاَ تَأْذَنَ فِي بَيْتِهِ إِلَّا بِإِذْنِهِ، وَمَا
أَنْفَقَتْ مِنْ نَفَقَةٍ عَنْ غَيْرِ أَمْرِهِ
فَإِنَّهُ يُؤَدَّى إِلَيْهِ شَطْرُهُ» وَرَوَاهُ أَبُو الزِّنَادِ، أَيْضًا عَنْ
مُوسَى، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، فِي الصَّوْمِ (بخاري, 5195)
[44] حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ
سُلَيْمَانَ، قَالَ: حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ، قَالَ: أَخْبَرَنِي
عَمْرُو بْنُ الحَارِثِ، أَنَّ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ القَاسِمِ، حَدَّثَهُ عَنْ
أَبِيهِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى، فَإِذَا أَرَدْتَ أَنْ
تَنْصَرِفَ، فَارْكَعْ رَكْعَةً تُوتِرُ لَكَ مَا صَلَّيْتَ» قَالَ القَاسِمُ:
«وَرَأَيْنَا أُنَاسًا مُنْذُ أَدْرَكْنَا يُوتِرُونَ بِثَلاَثٍ، وَإِنَّ كُلًّا
لَوَاسِعٌ أَرْجُو أَنْ لاَ يَكُونَ بِشَيْءٍ
مِنْهُ بَأْسٌ» (بخاري, 993)
[45] حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
الْمُثَنَّى، وَابْنُ بَشَّارٍ، قَالَا: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ
مَهْدِيٍّ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ سَلَمَةَ بْنِ كُهَيْلٍ، عَنِ
الشَّعْبِيِّ، عَنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ قَيْسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمُطَلَّقَةِ ثَلَاثًا، قَالَ: «لَيْسَ لَهَا سُكْنَى، وَلَا نَفَقَةٌ» (مسلم, 1480)
[46] Dedi
Supriyadi, Op Cit, h 322.
[47] حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ
مَنْصُورٍ، قَالَ: أَخْبَرَنَا رَوْحُ بْنُ عُبَادَةَ، أَخْبَرَنَا حُسَيْنٌ، عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ، عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ: أَنَّهُ سَأَلَ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
وَأَخْبَرَنَا إِسْحَاقُ، قَالَ: أَخْبَرَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ، قَالَ: سَمِعْتُ
أَبِي، قَالَ: حَدَّثَنَا الحُسَيْنُ، عَنْ ابْنِ بُرَيْدَةَ، قَالَ: حَدَّثَنِي
عِمْرَانُ بْنُ حُصَيْنٍ - وَكَانَ مَبْسُورًا - قَالَ: سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَلاَةِ الرَّجُلِ قَاعِدًا، فَقَالَ: «إِنْ صَلَّى قَائِمًا فَهُوَ
أَفْضَلُ وَمَنْ صَلَّى قَاعِدًا، فَلَهُ نِصْفُ أَجْرِ القَائِمِ، وَمَنْ صَلَّى
نَائِمًا، فَلَهُ نِصْفُ أَجْرِ القَاعِدِ» (بخاري, 1115)
[48] حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ
اللَّهِ، قَالَ: حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنْ سَالِمِ بْنِ أَبِي
الجَعْدِ، عَنْ كُرَيْبٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، يَبْلُغُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا
أَتَى أَهْلَهُ قَالَ بِاسْمِ اللَّهِ، اللَّهُمَّ
جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا، فَقُضِيَ
بَيْنَهُمَا وَلَدٌ لَمْ يَضُرُّهُ» (بخاري, 141)
[49] حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ
سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا أَبُو الأَحْوَصِ، عَنْ أَبِي حَصِينٍ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ،
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: «مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ
وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِ جَارَهُ، وَمَنْ
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، وَمَنْ كَانَ
يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ»
(بخاري, 6018)
[50] حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، حَدَّثَنَا
سُفْيَانُ، عَنْ سَعْدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ، عَنْ
أَبِيهِ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهُ: "
إِنَّكَ مَهْمَا أَنْفَقْتَ عَلَى أَهْلِكَ مِنْ
نَفَقَةٍ فَإِنَّكَ تُؤْجَرُ فِيهَا، حَتَّى
اللُّقْمَةَ تَرْفَعُهَا إِلَى فِي امْرَأَتِكَ " (مسند احمد, 1480)
[51] حَدَّثَنِي عُمَرُ بْنُ حَفْصٍ،
حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا الأَعْمَشُ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ التَّيْمِيُّ،
عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قُلْتُ: يَا
رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ مَسْجِدٍ وُضِعَ أَوَّلَ؟ قَالَ: «المَسْجِدُ الحَرَامُ».
قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟، قَالَ: «ثُمَّ المَسْجِدُ الأَقْصَى» قُلْتُ: كَمْ كَانَ
بَيْنَهُمَا؟ قَالَ: " أَرْبَعُونَ، ثُمَّ قَالَ: حَيْثُمَا
أَدْرَكَتْكَ الصَّلاَةُ فَصَلِّ، وَالأَرْضُ لَكَ
مَسْجِدٌ " (بخاري, 3425)
[52] حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ
إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الوَاحِدِ، حَدَّثَنَا الأَعْمَشُ، حَدَّثَنَا
إِبْرَاهِيمُ التَّيْمِيُّ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا ذَرٍّ [ص:146]
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ مَسْجِدٍ وُضِعَ
فِي الأَرْضِ أَوَّلَ؟ قَالَ: «المَسْجِدُ الحَرَامُ» قَالَ: قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟
قَالَ «المَسْجِدُ الأَقْصَى» قُلْتُ: كَمْ كَانَ بَيْنَهُمَا؟ قَالَ:
«أَرْبَعُونَ سَنَةً، ثُمَّ أَيْنَمَا
أَدْرَكَتْكَ الصَّلاَةُ بَعْدُ فَصَلِّهْ،
فَإِنَّ الفَضْلَ فِيهِ» (بخاري, 3366)
[53] ibid
[54] ibid
[55] ibid
[56] QS Maidah ayat
5
الْيَوْمَ أُحِلَّ لَكُمُ
الطَّيِّبَاتُ وَطَعَامُ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حِلٌّ لَكُمْ وَطَعَامُكُمْ
حِلٌّ لَهُمْ وَالْمُحْصَنَاتُ مِنَ الْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُحْصَنَاتُ مِنَ
الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ إِذَا آتَيْتُمُوهُنَّ أُجُورَهُنَّ
مُحْصِنِينَ غَيْرَ مُسَافِحِينَ وَلَا مُتَّخِذِي أَخْدَانٍ وَمَنْ يَكْفُرْ
بِالْإِيمَانِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Pada hari ini Dihalalkan bagimu yang
baik-baik. makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al kitab itu halal
bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (dan Dihalalkan mangawini)
wanita yang menjaga kehormatan diantara wanita-wanita yang beriman dan
wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al
kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud
menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya
gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima
hukum-hukum Islam) Maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat Termasuk
orang-orang merugi.
Ayat diatas mentakhsis QS al-Baqarah
ayat 221.
وَلَا تَنْكِحُوا الْمُشْرِكَاتِ
حَتَّى يُؤْمِنَّ وَلَأَمَةٌ مُؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِنْ مُشْرِكَةٍ وَلَوْ
أَعْجَبَتْكُمْ وَلَا تُنْكِحُوا الْمُشْرِكِينَ حَتَّى يُؤْمِنُوا وَلَعَبْدٌ
مُؤْمِنٌ خَيْرٌ مِنْ مُشْرِكٍ وَلَوْ أَعْجَبَكُمْ أُولَئِكَ يَدْعُونَ إِلَى
النَّارِ وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ بِإِذْنِهِ
وَيُبَيِّنُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik,
sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari
wanita musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan
orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya
budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu.
mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan
izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada
manusia supaya mereka mengambil pelajaran.
[57] QS an-Nisa
ayat 11
يُوصِيكُمُ اللَّهُ فِي أَوْلَادِكُمْ
لِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْأُنْثَيَيْنِ فَإِنْ كُنَّ نِسَاءً فَوْقَ اثْنَتَيْنِ
فَلَهُنَّ ثُلُثَا مَا تَرَكَ وَإِنْ كَانَتْ وَاحِدَةً فَلَهَا النِّصْفُ
وَلِأَبَوَيْهِ لِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا السُّدُسُ مِمَّا تَرَكَ إِنْ كَانَ
لَهُ وَلَدٌ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ وَلَدٌ وَوَرِثَهُ أَبَوَاهُ فَلِأُمِّهِ
الثُّلُثُ فَإِنْ كَانَ لَهُ إِخْوَةٌ فَلِأُمِّهِ السُّدُسُ مِنْ بَعْدِ
وَصِيَّةٍ يُوصِي بِهَا أَوْ دَيْنٍ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ لَا تَدْرُونَ
أَيُّهُمْ أَقْرَبُ لَكُمْ نَفْعًا فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ
عَلِيمًا حَكِيمًا
Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka
untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian
dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua,
Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan
itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua orang
ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika
yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai
anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga;
jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat
seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang
ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan
anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak)
manfaatnya bagimu. ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana.
ayat diatas ditakhsis dengan sabda Rosullah Saw:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
رُمْحٍ الْمِصْرِيُّ قَالَ: أَنْبَأَنَا اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ إِسْحَاقَ
بْنِ أَبِي فَرْوَةَ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ حُمَيْدٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ،
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «الْقَاتِلُ لَا
يَرِثُ» ( سنن ابن ماجه, 2645)
[58] hadits tentang
tidak diterimanya solat seseorang hingga melaksanakan wudu
حَدَّثَنِي إِسْحَاقُ بْنُ نَصْرٍ، حَدَّثَنَا
عَبْدُ الرَّزَّاقِ، عَنْ مَعْمَرٍ، عَنْ هَمَّامٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «لاَ يَقْبَلُ اللَّهُ
صَلاَةَ أَحَدِكُمْ إِذَا أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ» (بخاري, 6954)
hadits diatas ditakhsis dengan firman Allah surat an-Nisa ayat 43
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقْرَبُوا
الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ وَلَا جُنُبًا
إِلَّا عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّى تَغْتَسِلُوا وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى
سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ
فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ
وَأَيْدِيكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُورًا
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat,
sedang kamu dalam Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan,
(jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam Keadaan junub, terkecuali
sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. dan jika kamu sakit atau sedang dalam
musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan,
kemudian kamu tidak mendapat air, Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang
baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi
Maha Pengampun.
[59] hadits tentang
larangan memberikan zakat kepada orang kaya
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
الصَّبَّاحِ قَالَ: أَنْبَأَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ أَبِي حُصَيْنٍ،
عَنْ سَالِمِ بْنِ أَبِي الْجَعْدِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا تَحِلُّ الصَّدَقَةُ لِغَنِيٍّ،
وَلَا لِذِي مِرَّةٍ سَوِيٍّ» (ابن ماجه, 1839)
ditakhsis dengan hadits berikut:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
يَحْيَى قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ قَالَ: أَنْبَأَنَا مَعْمَرٌ، عَنْ
زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ
الْخُدْرِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
" لَا تَحِلُّ الصَّدَقَةُ لِغَنِيٍّ إِلَّا لِخَمْسَةٍ: لِعَامِلٍ
عَلَيْهَا، أَوْ لِغَازٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، أَوْ لِغَنِيٍّ اشْتَرَاهَا
بِمَالِهِ، أَوْ فَقِيرٍ تُصُدِّقَ عَلَيْهِ فَأَهْدَاهَا لِغَنِيٍّ، أَوْ غَارِمٍ
"
[60]
Hukuman zina
bagi laki-laki budak diqiyaskan dengan hukuman budak wanita muhson yang berzina,
yakni setengah dari orang merdeka. surat an-Nisa ayat 25.
وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ مِنْكُمْ طَوْلًا أَنْ
يَنْكِحَ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ فَمِنْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ مِنْ
فَتَيَاتِكُمُ الْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِإِيمَانِكُمْ بَعْضُكُمْ مِنْ
بَعْضٍ فَانْكِحُوهُنَّ بِإِذْنِ أَهْلِهِنَّ وَآتُوهُنَّ أُجُورَهُنَّ
بِالْمَعْرُوفِ مُحْصَنَاتٍ غَيْرَ مُسَافِحَاتٍ وَلَا مُتَّخِذَاتِ أَخْدَانٍ
فَإِذَا أُحْصِنَّ فَإِنْ أَتَيْنَ بِفَاحِشَةٍ فَعَلَيْهِنَّ نِصْفُ مَا عَلَى الْمُحْصَنَاتِ
مِنَ الْعَذَابِ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ الْعَنَتَ مِنْكُمْ وَأَنْ تَصْبِرُوا
خَيْرٌ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Dan Barangsiapa diantara kamu (orang merdeka) yang
tidak cukup perbelanjaannya untuk mengawini wanita merdeka lagi beriman, ia
boleh mengawini wanita yang beriman, dari budak-budak yang kamu miliki. Allah
mengetahui keimananmu; sebahagian kamu adalah dari sebahagian yang lain[285],
karena itu kawinilah mereka dengan seizin tuan mereka, dan berilah maskawin
mereka menurut yang patut, sedang merekapun wanita-wanita yang memelihara diri,
bukan pezina dan bukan (pula) wanita yang mengambil laki-laki lain sebagai
piaraannya; dan apabila mereka telah menjaga diri dengan kawin, kemudian mereka
melakukan perbuatan yang keji (zina), Maka atas mereka separo hukuman dari
hukuman wanita-wanita merdeka yang bersuami. (Kebolehan mengawini budak) itu,
adalah bagi orang-orang yang takut kepada kemasyakatan menjaga diri (dari
perbuatan zina) di antara kamu, dan kesabaran itu lebih baik bagimu. dan Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
[61] Mujio
Nurkholis, op cit, h 139
[62] Dedi
Supriyadi, 2013, Ushul Fiqh Perbandingan, Pustaka Setia, Bandung. h 358
[63] قأَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
إِسْحَاقَ الثَّقَفِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ الْأَشَجُّ، حَدَّثَنَا أَبُو
خَالِدٍ الْأَحْمَرُ، عَنِ الضَّحَّاكِ بْنِ عُثْمَانَ، عَنْ مَخْرَمَةَ بْنِ
سُلَيْمَانَ، عَنْ كُرَيْبٍ، عَنِ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَى رَجُلٍ أَتَى امْرَأَةً فِي دُبُرِهَا" (ابن حبان,
4203)
[64] حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ
بْنُ مَهْدِيٍّ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ الْمُغِيرَةِ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ
عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى، عَنْ صُهَيْبٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " عَجِبْتُ مِنْ قَضَاءِ اللهِ لِلْمُؤْمِنِ،
إِنَّ أَمْرَ الْمُؤْمِنِ كُلَّهُ خَيْرٌ،
وَلَيْسَ ذَلِكَ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ
سَرَّاءُ فَشَكَرَ، كَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ فَصَبَرَ،
كَانَ خَيْرًا لَهُ. (مسند احمد, (23924)
[65] حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ
إِسْحَاقَ، ثَنَا أَبِي، ثَنَا عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
سَالِمٍ، عَنِ الزُّبَيْدِيِّ، ثَنَا يَحْيَى بْنُ جَابِرٍ، أَنَّ عَبْدَ
الرَّحْمَنِ بْنَ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرِ، حَدَّثَهُ أَنَّ أَبَاهُ حَدَّثَهُ
أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مُعَاوِيَةَ الْغَافِرِيُّ حَدَّثَهُمْ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " ثَلَاثٌ مَنْ فَعَلَهُنَّ
فَقَدْ طَعِمَ الْإِيمَانَ: مَنْ عَبَدَ اللَّهَ وَحْدَهُ، وَأَنَّهُ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ، وَأَعْطَى زَكَاةَ مَالِهِ طَيِّبَةً بِهَا نَفْسُهُ فِي كُلِّ
عَامٍ، وَلَمْ يُعْطَ الْهَرِمَةَ، وَلَا الدَّرِنَةَ، وَلَا الشَّرَطَ
اللَّئِيمَةَ، وَلَا الْمَرِيضَةَ، وَلَكِنْ مِنْ
أَوْسَطِ أَمْوَالِكُمْ، فَإِنَّ اللَّهَ لَمْ يَسْأَلُكُمْ خَيْرِهِ، وَلَمْ
يَأْمُرُكُمْ بَشَرِّهِ، وَزَكَّى عَنْ نَفْسِهِ " فَقَالَ رَجُلٌ: وَمَا
تَزْكِيَةُ الْمَرْءِ عَنْ نَفْسِهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «يَعْلَمُ أَنَّ
اللَّهَ مَعَهُ حَيْثُمَا كَانَ» (مسند الشاميين للطبراني, 1870)
[66] حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
سَعِيدِ بْنِ يَزِيدَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ التُّسْتَرِيُّ قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو
عَاصِمٍ، عَنْ شَبِيبٍ، سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ، أَوْ حَدَّثَنِي أَنَسٌ،
قَالَ: " لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْخَمْرِ
عَشَرَةً: عَاصِرَهَا، وَمُعْتَصِرَهَا،
وَالْمَعْصُورَةَ لَهُ، وَحَامِلَهَا، وَالْمَحْمُولَةَ لَهُ، وَبَائِعَهَا،
وَالْمَبْيُوعَةَ لَهُ، وَسَاقِيَهَا، وَالْمُسْتَقَاةَ لَهُ، حَتَّى عَدَّ
عَشَرَةً، مِنْ هَذَا الضَّرْبِ " (ابن ماجه, 3381)
A new casino site is being launched at Lucky Club
BalasHapusLucky Club, the leading brand luckyclub in the iGaming industry, launched in February 2020 as part of the company's partnership with the iGaming group